KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami telah menyusun makalah ini
dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia
biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa
menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah
diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami
ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam
penyusunan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa
memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.
Muara Bulian, 08 Oktober 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan
................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Karya Ilmiah..................................................................... 3
B. Penggunaan
Ragam Ilmiah................................................................. 3
C. Asas-asas
Penyusunan Gagasan dalam Karya Ilmiah........................ 4
D. Teknik
Mengatur Perwajahan Karangan............................................ 6
E. Aspek
Penalaran dalam Karya Ilmiah................................................ 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan......................................................................................... 11
B.
Saran .................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Karya ilmiah merupakan hasil tulisan yang
menuruti suatu aturan tertentu. Aturan tersebut biasanya merupakan suatu
persyaratan tata tulis yang telah dilakukan oleh masyarakat akademik. Secara umum, proses
penulisan karya ilmiah dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu: tahap prapenulisan,
tahap penulisan, dan tahap perbaikan.
Sebagai hasil penelitian atau
kegiatan ilmiah setiap karangan ilmiah mengandung komponen adanya masalah yang
menjadi topik karangan ilmiah itu. Adanya tujuan penelitian, metode penelitian,
teori yang dianut, objek penelitian, instrumen yang digunakan, dan adanya hasil
penelitian yang diperoleh. Setelah kaidah ditemukan dan dirumuskan, kegiatan
penelitian harus diwujudkan dalam bentuk laporan.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
pengertian karya ilmiah?
2. Bagaimana
penggunaan ragam ilmiah?
3. Bagaimana
asas-asas penyusunan gagasan dalam karya ilmiah?
4. Bagaimana
teknik mengatur perwajahan karangan?
5. Bagaimana
aspek penalaran dalam karangan ilmiah?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan memahami pengertian karya ilmiah.
2. Untuk
mengetahui dan memahami penggunaan ragam ilmiah.
3. Untuk
mengetahui dan memahami asas-asas penyusunan gagasan dalam karya ilmiah.
4. Untuk
mengetahui dan memahami teknik mengatur perwajahan karangan.
5. Untuk
mengetahui dan memahami aspek penalaran dalam karangan ilmiah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Karya Ilmiah
Karya
ilmiah merupakan karya tulis yang menyajikan gagasan, deskripsi atau pemecahan
masalah secara sistematis, objektif dan jujur, dengan menggunakan bahasa baku,
serta didukung oleh fakta, teori atau bukti-bukti empirik. Karya ilmiah
merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara
ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti.[1]
Berdasarkan
uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa karya ilmiah adalah laporan
tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang
telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika
keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.[2]
B.
Penggunaan
Ragam Ilmiah
Penulisan
karya ilmiah hendaknya menggunakan bahasa yang jelas, tepat, formal dan lugas.
Kejelasan dan ketepatan isi dapat diwujudkan dengan menggunakan kata dan
istilah yang jelas, tepat, tidak berbelit-belit dan struktur paragraf yang
runtut.
Kelugasan
dan keformalan gaya bahasa diwujudkan dengan menggunakan kalimat pasif,
kata-kata yang tidak emotif dan tidak berbunga-bunga. Hindarilah penggunaan
kata seperti saya atau kita. Jika terpaksa menyebutkan kegiatan
yang dilakukan oleh penulis sendiri istilah yang dipakai bukan kami atau saya, melainkan penulis atau
peneliti. Namun, istilah penulis atau peneliti hendaknya digunakan seminimal mungkin.
Skripsi
yang mengikuti paradigma positivistik wajib ditulis dengan ragam bahasa ilmiah,
tidak menggunakan ragam bahasa sastra, orasi, daerah, pasar, populer dan
sejenisnya. Dalam ragam bahasa ilmiah positivistik berlaku ketentuan-ketentuan
antara lain: baku, logis, terukur, tepat, denotatif, efektif, terjalin
kesinambungan urutan serta bahasa yang baik dan benar.[3]
C.
Asas-asas
Penyusunan Gagasan dalam Karya Ilmiah
1. Kejelasan
(clarity)
Karangan ilmiah harus konkret dan jelas.
Kejelasan itu tidak saja berarti mudah
dipahami, mudah dibaca, tetapi juga harus tidak memberi ruang untuk
disalahtafsirkan, tidak boleh bersifat
sama-samar, kabur dan tidak boleh ada di wilayah abu-abu. Kejelasan di dalam
karangan ilmiah itu ditopang oleh hal-hal berikut:
a.
Pemakaian bentuk
kebahasaan yang lebih dikenal daripada bentuk kebahasan yang masih harus dicari-cari
dulu maknanya, bahkan oleh penulisnya.
b.
Pemakaian kata-kata
yang pendek, ringkas, tajam, lugas, daripada kata-kata yang berbelit, panjang,
rancu dan boros (verbose).
c.
Pemakaian kata-kata
dalam bahasa sendiri daripada kata-kata dalam bahasa asing.
2. Ketepatan
(accuracy)
Karangan ilmiah menjujung tinggi
keakuratan. Hasil penelitian ilmiah dan cara penyajian hasil penelitian itu
haruslah tepat/akurat. Supaya karangan ilmiah menjadi sungguh-sungguh akurat,
penulis/peneliti harus sangat cermat, teliti, tidak bleh sembrono, atau ‘main-main dengan ilmu’.
Dalam penyampaiannya di dalam karangan
ilmiah itu harus terwadahi butir-butir gagasan dengan kecocokan sepenuhnya
seperti yang dimaksudkan oleh
peneliti/penulisnya. Kualifikasi demikian itulah yang dimaksud dengan istilah ‘efektif-‘sangkil’.
3. Keringkasan
(brevity)
Karangan ilmiah haruslah ringkas.
Ringkas tidak sama dengan pendek. Karangan yang tebalnya 500 halaman dapat
dikatakan ringkas sejauh di dalamnya tidak terdapat bentuk-bentuk kebahasaan
yang bertele-tele, kalimat-kalimat yang bertumpukan (running-on sentences), dan sarat dengan kemubaziran dan kerancuan.
Jadi, karya ilmiah itu tidak boleh
menghamburkan kata-kata, tidak boleh mengulang-ulang ide yang telah
diungkapakan, dan tidak berputar-putar dalam mengungkapkan maksud atau gagasan.
Karangan ilmiah harus dibangun dari ide yang kaya dengan bahasa yang hemat dan
sederhana. Jadi bukan sebaliknya, ide yang miskin namun dengan bahasa
berbunga-bunga.
Karangan ilmiah harus ditulis dengan
hati dan diteliti kembali, dibenahi dan diedit kembali dengan pikiran.
D.
Teknik
Mengatur Perwajahan Karangan
Yang
dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak (lay out) unsur-unsur skripsi serta aturan penulisan unsur-unsur
tersebut, yang berkaitan dengan segi keindahan dan estetika naskah. Tata letak
dan penulisan unsur-unsur skripsi, tesis, atau disertasi harus diusahakan
sabaik-baiknya agar skripsi, tesis, atau disertasi tersebut tampak rapi dan
menarik. Dalam pembicaraan tentang perwajahan, dikemukakan secara ringkas
mengenai masalah kertas pola ukuran dan penomoran.
1.
Kertas Pola Ukuran
Supaya tiap
halaman ketikan rapi, sebaiknya
digunakan kertas pola ukuran. Kertas pola ukuran tersebut dipasang setiap kali
mengganti halaman dan kertas pola ukuran itu harus ditaati agar hasil ketikan
tampak rapi. Jika menggunakan komputer, program-program tertentu harus dikuasai
terlebih dahulu agar format yang dikehendaki terwujud.
Pada umumnya
garis pembatas pada kertas pola ukuran tersebut diatur dengan ukuran sebagai
berikut:
a)
Pias (margin) atas 4 cm,
b)
Pias bawah 3 cm,
c)
Pias kiri 4 cm, dan
d)
Pias kanan 3 cm.
2.
Penomoran
a)
Angka yang digunakan
Angka untuk
nomor yang lazim digunakan dalam skripsi, tesis, disertasi, atau karangan
ilmiah umumnya adalah angka Romawi kecil, angka Romawi besar, dan angka Arab.
Angka Romawi kecil (i, ii, iii, iv, v) dipakai untuk menomori halaman judul,
halaman yang bertajuk prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar
lampiran, dan daftar lain (jika ada). Angka Romawi besar (I, II, III, IV, V)
digunakan untuk menomori tajuk bab pendahuluan, tajuk bab analisis, tajuk bab
simpulan, misalnya BAB I PENDAHULUAN. Angka Arab (1, 2, 3, 4, dan seterusnya)
digunakan untuk menomori halaman-halaman naskah mulai bab pendahuluan sampai
dengan halaman terakhir dan untuk menomori nama-nama tabel, grafik, histogram,
bagan, dan skema.
b)
Letak Penomoran
Halaman
judul, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar lampiran, menggunakan
angka Romawi kecil yang diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah
(simetris). Halaman yang bertajuk bab pendahuluan, bab analisis, bab simpulan,
daftar pustaka/rujukan, indeks, dan lampiran, menggunakan angka Arab yang
diletakkan pada bagian bawah, tepat di tengah-tengah (simetris).
Halaman-halaman naskah lanjutan menggunakan angka Arab yang diletakkan pada
bagian kanan atas.
c)
Penomoran Subbab
Subbab
dan subsubbab dinomori dengan angka Arab sistem digital. Angka terakhir dalam
digital ini tidak diberi titik (seperti 1.1, 1.2, 2.1, 1.1.2, 2.2.3, 3.2.1, dan
seterusnya). Dalam hubungan ini, angka digital tidak lebih dari tiga angka
(maksimal, misalnya 1.1.1, 1.4.3, 1.1.2, 3.2.2, 3.3.3, 4.4.1), sedangkan
penomoran selanjutnya menggunakan a, b, c, kemudian 1), 2), 3), selanjutnya a),
b), c), dan seterusnya.[4]
Artikel
berbentuk feature dapat lebih
dinikmati, kalau artikel tersebut diberi ilustrasi. Lebih-lebih bila isinya
mengenai sesuatu keilmuan atau petunjuk teknis. Informasi akan menjenuhkan bila
diungkapkan dengan kata, karena bertele-tele, lebih baik disajikan berupa
gambar ilustrasi.
Ilustrasi
memang gambar, tetapi tidak hanya gambar tangan yang dibuat dengan pensil, ballpen atau tinta Cina saja, melainkan
dapat juga berupa foto jepretan lensa, gambar pandangan pancungan, peta, denah,
bagan dan diagram.[5]
E.
Aspek
Penalaran dalam Karya Ilmiah
Suatu
karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang.
Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri.
Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut
adalah:
1. Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antar bagian yang
satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam
karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya,
antara latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah
juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, pembahasan, dan harus
berkaitan juga dengan kesimpulan.
2.
Aspek Urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatu yang
harus didahulukan atau ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke
hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan
pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir
secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan
dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan
lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus
sebagai penutup karangan ilmiah.
3. Aspek
Argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta,
analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal
yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan
argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan),
pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam analisis harus memuat
argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4. Aspek Teknik
Penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah
digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah harus disusun dengan pola
penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu
pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah merupakan syarat multak
yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana penggunaan bahasa dalam karangan
tersebut? baik dan benar, Baku. Karangan ilmiah disusun dengan bahasa yang
baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa yang tidak tepat justru akan
mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra lebih-lebih untuk karangan
ilmiah akademis.[6]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Karya
ilmiah adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian
atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan
memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat
keilmuan.
2. Penulisan
karya ilmiah hendaknya menggunakan bahasa yang jelas, tepat, formal dan lugas dengan
menggunakan kata dan istilah yang jelas dan tepat, kalimat yang tidak
berbelit-belit dan struktur paragraf yang runtut.
3. Asas-asas
penyusunan gagasan dalam karya ilmiah meliputi kejelasan, ketepatan dan
keringkasan.
4. Yang
dimaksud dengan perwajahan adalah tata letak (lay out) yang berkaitan dengan segi keindahan dan estetika naskah.
Dalam hal ini dikemukakan secara ringkas mengenai masalah kertas pola ukuran
dan penomoran.
5. Aspek-aspek
penalaran dalam karya ilmiah meliputi aspek keterikatan, urutan, argumentasi,
teknik penyusunan dan aspek bahasa.
B.
Saran
Dengan
diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga mengharapkan kritik dan saran guna
peningkatan kualitas dalam penulisan makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Dalman. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Fauzi, Asep. “Penulisan
Karya Ilmiah”. (http://asep-fauzi.blogspot.com/2011/12/makalah-tentang-penulisan-karya-ilmiah.html,
diakses tanggal 20 November 2014).
Hartono. Bagaimana Menulis Tesis. Malang: UMM Press, 2009.
Mujianto, Gigit. Bahasa Indonesia. Malang: UMM Press, 2010.
Nurita. “Konsep Penalaran Ilmiah dalam Penulisan Ilmiah”. (http://nurii-thaa.blogspot.com/2014/03/konsep-penalaran-ilmiah-dalam-penulisan.html,
diakses tanggal 18 November 2014).
Rahardi, Kunjana. Bahasa
Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga, 2009.
Revisi, Tim. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Kediri: Stain Press, 2009.
Soeseno,
Slamet. Teknik Penulisan Imliah Populer.
Jakarta: Gramedia, 1984.
[1] Dalman, Menulis Karya Ilmiah (Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), 5.
[2] Ibid., 9.
[3] Tim Revisi, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Kediri: Stain
Press, 2009), 16-17.
[4] Asep Fauzi, “Penulisan
Karya Ilmiah”, http://asep-fauzi.blogspot.com/2011/12/makalah-tentang-penulisan-karya-ilmiah.html, diakses tanggal 20
November 2014.
[5] Slamet Soeseno, Teknik Penulisan Imliah Populer
(Jakarta: Gramedia, 1984), 90.
[6] Nurita,
“Konsep Penalaran Ilmiah dalam Penulisan
Ilmiah”, http://nurii-thaa.blogspot.com/2014/03/konsep-penalaran-ilmiah-dalam-penulisan.html,
diakses tanggal 18 November 2014.